Powered By Blogger

Bung Karno Menggugat


Judul Buku : Bung Karno Menggugat : Dari Marhaen, CIA, Pembantaian Massal ’65 hingga G30S
Penulis : Dr. Baskara T, Wardaya, SJ
Penerbit : Galangpress

Dengan Lengsernya rezim orde baru dan Indonesia memasuki era reformasi ,tak dapat di pungkiri minat masyarakat untuk kembali membaca dan mengkaji sejarah terasa semakin meningkat. Hal tersebut ditandai dengan maraknya berbagai seminar, diskusi dan terbitnya buku-buku yang bertemakan sejarah yang ditulis dari berbagai perspektif dan tafsir yang berbeda. Bila pada zaman orde baru, penulisan sejarah banyak di susupi oleh kepentingan penguasa - dengan cara mengurangi, menutup-nutupi atau menambahkan suatu fakta sejarah, sehingga menjadi bias dan subjektif - agar kekuasaanya mendapatkan legitimasi historis. Maka pada era reformasi ini para sejarawan ataupun masyarakat yang mempunyai minat dalam melakukan pelurusan sejarah mencoba menulis ulang sejarah.

Presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno yang lebih akrab di panggil Bung Karno adalah salah satu tokoh yang mendapatkan porsi yang tidak tepat dalam penulisan sejarah pada masa orde baru. Hal Ini dapat dikarenakan orde baru di istilahkan (dalam buku sejarah saat itu )sebagai “koreksi total” atas kebikjan Orde lama di bawah kepemimpinan sukarno. Maka sejarah yang tidak utuh tentang Bung karno di tampilkan kepada masyarakat. Akibatnya, masyarakat yang terlanjur percaya dengan pembodohan dan distorsi sejarah oleh orde baru bersikap apriori terhadap tokoh ini . Sebaliknya bagi pendukung dan pengagumnya, Sukarno diibaratkan sebagai tokoh tanpa cacat dan merupakan personifikasi dari Ratu adil yang akan membawa kemenangan bagi bangsanya seperti yang pernah diramalkan oleh Jayabaya. Akibatnya, sosok sukarno di penuhi berbagai mitos, terutama di kalangan masyarakat jawa saat itu yang senang mengkomsumsi dan memproduksi cerita-cerita magis dan diluar logika. Dua kutub yang bersebarangan ini membuat sejarah sukarno menjadi kabur, ironisnya pemikiran-pemikiran dari sukarno dari berbagai masa, dari masa muda hingga menjelang Turun dari jabatan Presiden tidak tergali dengan baik.

Ditengah hausnya masyarakat tentang penulisan sejarah khususnya sejarah sukarno yang lebih mendekati objektifitas dan di tulis tanpa kepentingan penguasa, buku ini hadir di tengah-tengah kita untuk menjawab kehausan itu. Buku yang berjudul Bung Karno menggugat seolah ingin menggugat fakta-fakta sejarah yang dikubur selama orde baru. Melalui buku ini kita tidak hanya di ajak membicarakan Sukarno sebagai tokoh besar, tetapi juga diundang melihat dan mendengarkan bagaimana Sukarno berbicara dan bertindak pada setiap kondisi zaman yang di laluinya. Dengan melalui Bung karno sebagai fokus sekaligus benang merah, buku ini berusaha “menggugat” kembali narasi penguasa yang telah terlanjur beredar mengenai berbagai peristiwa dan gagasan penting sejak zaman pergerakan hinnga zaman kemerdekaan Indonesia. Hasilnya bukan hanya paparan yang berbeda dengan paparan yang biasa kita dengar., melainkan juga rangsangan untuk mengembangkan wawasan dan berpikir lebih kreatif dan komprehensif.
Tulisan –tulisan di dalam buku ini salah satu tujuannya adalah mengajak kita untuk belajar dari sikap Sukarno, tidak hanya sikap Sukarno yang benar dan berjasa pada bangsa yang sangat dicintainya namun juga belajar dari kesalahan sikap dan kebijakan ketika Ia berkuasa. Karena sebai bangsa yang menghargai para pendahulu, kita tidak ingin apa yang dilakukan oleh Bung Karno dan tokoh –tokoh Founding Father lainnya hanya menjadi fakta dan romantisme masa silam yang mati dan tak memiliki arti sama sekali. Kita ingin memberi makna pada apa yang mereka lakukan sehinga semuanya menjadi “hidup kembali” dan memiliki arti pembelajaran bagi kita sekarang. Pokok bahasan yang menjadi tema utama di dalam buku ini diantaranya adalah, perbandingan pemikiran-pemikiran Sukarno muda dan Sukarno Tua ; Sukarno dalam kaitannya dengan tragedi tahun 1965; corak kepemimpinan Sukarno dibandingkan dengan kepemimpinan Suharto ; peran asing dalam dinamika politik Indonesia (dalam konstelasi perang dingin antara blok Barat dengan Blok timur)dibawah pimpinan Sukarno; serta konsekuensi dari semua itu atas pemahaman kita terhadap sejarah Indonesia. Semunya disampaikan dalam gaya bertutur yang akademik dan ilmiah namun tetap mudah dicerna oleh khalayak umum, sehingga banyak memberi informasi sekaligus perspektif lain dari Sukarno

0 komentar:

Posting Komentar